Berikutpembahasan mengenai beberapa karya-karya sang legenda. 1. Aku "Aku" merupakan salah satu puisi paling terkemuka pada Angkatan 45. Puisi karya Chairil Anwar ini dipublikasikan pada tahun 1943, puisi ini pulalah yang menjadi awal mula nama Chairil Anwar terkenal dalam dunia sastra. Kalau sampai waktuku 'Ku mau tak seorang 'kan merayu
Pada hari ini, Artikel Kami akan pun memposting salah satu karya sastra yang mengganjur, yaitu cerpen. Setelah pada postingan sebelumnya sudah memposting Cerpen Cinta Romantis. Cerpen ini merupakan karya mulai sejak Herdina Zahra. Cerita singkat tersebut bertemakancerpen persahabatan. Daripada penasaran, sederum tetapi dibaca selengkapnya di bawah ini. Cerpen Perkawanan – Waktu yang Kutunggu Tepat 10 tahun yang lalu detik Lisa berusia 3 masa orang tuanya meninggal dalam kecelakaan. Mobil nan di kendarai tiba-berangkat rem nya blong dan akhrinya masuk jurang. Di n domestik mobil itu hanya Lisa yang selamat. Lisa kecil diasuh oleh kakek dan neneknya di desa. Setiap harinya dia mendukung kakek dan neneknya membuat roti. Beliau tumbuh menjadi pemudi nan cantik. Ia dikenal dengan merek si amoi roti. Seperti biasa ia sadar pagi untuk membentuk roti. Sebelum itu dia tak lupa menciptakan menjadikan rezeki buat bibit buwit dan neneknya. Saat kamu mewujudkan roti untuk di jual, cikal bakal dan nenek nya menghindari ke tipar bagi bercocok tanam. Membentuk roti sudah menjadi hobi Lisa dan semua menyukainya. Tidak seperti roti umumnya, roti artifisial Lisa sejenis itu disukai dan terkenal dengan rasanya yang enak. Entah seperti suka-suka bumbu daya didalamnya. Saat nya buat mengungkapkan toko roti. belum sekali lagi toko dibuka sudah lalu banyak nan mengantri diluar sana. Lisa sangat senang karna banyak yang mengesir roti buatannya. Disamping itu anda berpikir untuk membuka kedai dikota. Tak lupa engkau buat memberitahukan rencananya itu kepada bibit buwit dan neneknya. Hari sudah gelap saatnya ia membereskan semua dan buru-buru menutup toko. Malam itu Lisa berniat memberitahukan apa nan ia rencanakan kepada kakek dan neneknya. Radu bersantap malam Lisa pun memulai perundingan. “ Kek, Nek ada yang cak hendak Lisa sampaikan. Lisa ingin sekali menelanjangi kedai dikota”. Seketika suasana menjadi senyap. “Awalnya Lisa hanya berpikir dalam-dalam begitu saja, tapi takdirnya di pikir-pikir juga ada untungnya, Lisa ingin roti buatan Lisa semakin banyak dikenal orang, bukan tetapi warga di desa ini saja. “Segala apa engkau yakin?” pertanyaan kakek. “Lisa optimistis Kek, Lisa sudah merencanakan ini sejak lama.” “Tapi, bagaimana cara mengungkapkan kedai disana, sedangkan kita saja belum pernah ke kota”. Seketika Lisa terkelu dan terlintas di sumsum nya cak bagi ke kota dan melihat keadaan disana. “Kek,Nek Lisa berniat bagi ke daerah tingkat besok”. “Bagaiman dengan tokonya? Kelihatannya yang akan menjual roti?”. Tanya Nini. “Jangan tergesa-gesa pikirkan dengan matang, tidak semudah itu mewujudkan kedai disana”. “Tapi Kek apa salahnya kita mencoba, ini juga demi usaha roti kita agar lebih berkembang lagi”. Lisa mengepas mengklarifikasi barang apa yang suka-suka dibenaknya tetapi Poyang dan Neneknya tetap tidak begitu yakin dengan keputusan Lisa. Keesokan harinya Lisa sudah berambisi bikin pergi kekota, beliau berpamitan kepada Bibit buwit dan Neneknya. Apalah daya Poyang dan Neneknya hanya dapat berdoa bagi cucu suatu-satunya tersebut. Lisasaat itu hanya bermodalkan telepon genggam dan beberapa uang. Entah segala apa yang dia rencanakan, anda begitu bersemangat. Sementara itu dia belum tahu suasana dikota itu seperti mana apa. Baca Juga Cerpen Ayah Berhati Segara Pasca- menempuh perjalanan sejauh 4 jam Lisa alhasil sebatas di ii kabupaten. Ia seperti itu kebingungan dengan suasana bau kencur di kota yang sejenis itu ramai penduduknya. Banyak sekali yang engkau jumpai di ii kabupaten nan tak ada di desa nya. Awalnya engkau keresahan entah ia mau kemana, sampai kesudahannya engkau tidak sadar bahwa dompetnya dicuri oleh seseorang. “Astaga dompetku, kemana ya hilangnya? Apakah ketinggalan di intern angkutan”. Ia bergegas bagi mencari dompetnya semata-mata tidak ketemu kembali. Ia sekali lagi bertanya kepada supir angkot tersebut. “Pak, apakah kiai melihat kantong berwarna merah mudah di dalam angkot ini?”. “Wah saya tidak tahu neng, sepertinya neng kecopetan deh,membedabedakan neng di sini memang banyak sekali pencopet”. Mendadak tubuh Lisa lemas lain bertenaga. Tidak ada uang sepersen pun ia pegang. Lisa lagi enggak luang harus kemana dan dia lain tahu bagaimana caranya kerjakan kembali ke desa, sementara dompetnya hilang di curi. Hanya ada cerih sepotong roti yang ia bawa bermula desa. Ia pun menangis merasa bersalah karna tidak mendengarkan ujar-ujar Kakek dan Neneknya. Sepertinya Lisa harus berlatih tidak grusa-grusu dalam mengamalkan sesuatu. Hari sudah lalu semakin gelap kamu segera mencari bekas buat tidur sementara. Lain disangka musim itu juga turun hujan yang cukup baplang. Saat ia berlari mencari wadah bagi berteduh, engkau tak menyibuk cak semau mobil melaju kencangyang hampir sahaja menabraknya. Untung saja mobil itu buru-buru nangkring dan hampir saja menghantam tubuh Lisa. Akhirnya pemilik mobil itu jatuh dan memarahi Lisa ketika itu juga. “Hey ia, jikalau jalan itu lihat-lihat dong, intim aja aku nabrak kamu.” “Izin-pembebasan Mas saya ngak tahu, sekali kembali saya harap pemaafan”. “Yaudah minggir sana jangan ditengah jalan”. Mobil itu akhirnya melaju dengan kencangnya meninggalkan Lisa. Ia berteduh di teras depan kedai dan menangis kebingungan entah apa yang harus ia lakukan. Sebatas keesokan harinya pemilik kedai itu membangunkannya. “Maaf mbak, kedainya mau saya buka”. Engkau pun terbangun. “Oh iya mbak, maaf saya sudah lalu menumpang tidur disini”. “Iya mbak enggak barang apa-segala”.. “Memangnya mbak tidak punya kancah tinggal?”. Tanya empunya kedai tersebut. “Saya berpunca desa teteh, saat setakat di sini saya kecurian dan saya bukan memegang komisi sepersen pun, saya tidak bisa menghubungi keluarga saya di desa, apalagi saya belum luang keadaan di kota.” “Astaga kasihan sekali, jadi mbak disini sendirian?”. Cerpen Lainnya Cerpen Singkat Pertemanan “Iya embok, saya bukan senggang harus bagaimana caranya pula ke desa”. “Pertama-tama Perkenalkan nama saya Cewek, kebetulan sekali saya pula berburu pegawai di kedai saya, jika yunda berperhatian saya bisa mempekerjakan mbak hari ini kembali, lumayan uni bakal biaya kembali ke desa”. “Nama saya Lisa mbok, doyan boleh bersabung dengan uni Perempuan, memangnya mbak Pemudi membutuhkan karyawan bakal barang apa?”. “Saya punya kedai roti boncel-kecilan” serempak menunjuk kedai yang ada di depan nya. Lisa yunior tahu seandainya palagan ia tidur semalam merupakan kedai roti. “Wah kebetulan sekali mbak saya di desa sekali lagi takhlik dan lego roti”. “Bagus deh kalau seperti itu, silahkan bekerja mulai hari ini”. “Songsong hidayah mbak, syukur banyak”. Pertemuan nya dengan Dara mengapalkan pamrih besar untuk rencananya. Untung sekadar ia antuk dengan orang baik seperti Putri. Tahun itu Lisa suntuk bahagia dapat bertemu dengan Perempuan pemilik kedai roti itu. 1 minggu beliau bekerja disana sudah lalu banyak pengunjungyang terpikat bagi melawat dan membeli roti buatannya. Sepertinya bukan di desa sahaja, roti sintetis Lisa n domestik waktu hitungan waktu sudah menjadi tenar di ii kabupaten tersebut. “Waduh sukar sekali kedai ini gempita seperti ini, engkau memang hebat Pigura”. “Iya mbok, saya jadi bangun toko roti saya nan suka-suka di desa”. “Besok kamu tutup kedai ini lebih tadinya ya, saya mau ajak kamu kerumah saya bagi makan lilin batik”. Lisa pun mengiyakan nya. Malam pun tiba, seperti yang telah di janjikan, Perawan dan Lisa akan makan lilin batik bersama. Sesampainya di apartemen Amoi, Lisa terkagum-kagum melihat seisi kondominium nan mumbung dengan barang-barang berada. Putri pun membawa Lisa ke kamar tamu. “ Jikalau mau bersiram kamar mandi nya terserah di sana, setelah itu kamu jatuh untuk makan malam, oh iya ganti pakaian kamu juga, busana nya ada di lemari situ yah”. Lisa kembali menganggut “Iya mbak”. Selesai mandi Lisa pun drop untuk makan lilin batik. Putri mempersilahkan Lisa cak bagi duduk “Silahkan duduk”. Lisa melihat di meja itu banyak sekali lambung yang terjejer rapi. Kalau di desa seperti kenduri tadinya perian. Saat di paruh-tengah makan malam, terdengar celaan mobil ikut barang bawaan. “Tentu itu Radit”. “Sebentar ya Bingkai”. “Kali Radit itu ya, apa mungkin kekasihnya?” gumam Lisa internal lever. “Radit ini Lisa, karyawan baru mbuk yang hubungan taci ceritain”. Lisa pun berbalik arah dan meluluk sosok adam yang bernama Radit itu. “Lisa, ini Radit adik kandung saya”. Tahu-tahu sahaja Lisa teringat dengan wajah nan familiar itu. “Kamu!, kamu kan cewek yang waktu itu di paruh urut-urutan”. Tiba-tiba saja pernyataan Radit membuat Putri kakak nya terheran-heran. “Kamu mutakadim interelasi bertemu dia?”. “Iya kak, ini cewek nan pertautan aku ceritain tahun itu ke taci nan hampir aja aku tabrak”. “Maaf mas waktu itu turun hujan lebat saya gak liat ada oto di depan saya”. “Sudah lalu-sudah kenapa harus di ributkan, nan terpenting cerek kalian baik-baik aja, yuk makan, ini sudah disiapin semua”. Ajak Gadis bikin menenangkan suasana. Untung saja ada Putri nan mencoba meredakan emosi Radit, bisa jadi Radit akan terus saja memarahi Lisa. Radu bersantap malam Upik pun bertanya kepada Lisa. “Birai, kapan tulang beragangan nya kamu akan kembali ke desa?”. “Saya akan juga ke desa besok uni, mutakadim 1 minggu saya disini, mana tahu Kakek sama Nenek saya terlampau khawatir waktu ini”. “Yasudah besok saya sama Radit akan mengantar kamu juga ke desa, saya pula penasaran sama toko roti yang terserah di desa engkau”. “Iya mbak, terimakasih banyak mutakadim menolong saya dan memberi saya tempat tinggal di sini”. Akan datang harinya Putri dan Radit mengantar Lisa untuk juga ke desa. Pasca- menuntut ganti rugi pertualangan kurang makin 3 jam dengan oto hasilnya mereka pun sampai. Momen itu pun Kakek dan Neneknya habis gembira melihat cucu tersayangnya itu sudah kembali pulang. Betapa khawatirnya Kakek dan Neneknya itu sepanjang 1 minggu ini tidak ada maklumat dari si cucu. “Kek,Nek ini mbak Kuntum sama mas Radit yang telah menolong Lisa di kota selama ini”. “Peroleh kasih ya telah menolong cucu kami”. “Iya Kek kebetulan kami setara-sama membuka usaha roti”. Perbincangan mereka tak berhenti di telaga saja. Mereka saling berganti cerita adapun suasana di desa dan di kota. Setelah plong berbincang-bincang Lisa mengajak Putri beserta Radit ke toko roti miliknya. “Dimana toko roti milikmu Lis?”. “Yuk yunda ikut saya”. Toko roti milik Lisakurang lebih 100 meter tidak jauh dari rumahnya. Sesampainya di lokasi, Putri membantu Lisa mengungkapkan toko di bantu dengan Radit. Tentatif Lisa menyiapkan segala apa kebutuhan untuk membuat roti. Ia sudah ribang dengan hobinya itu dan tidak panjang usus untuk menjualnya. Seketika terpikir di manah Nona bikin menjalin kerja seperti mana Lisa. “Eh Pigura sehabis aku pikir-pikir kalau kita mengadakan kerja sama cak bagi manuver roti ini, bagaimana menurutmu?”. Lisa masih keheranan. Putri pula menjelaskan lebih detail lagi. “Begini loh Lis, supaya kampanye roti kita makin berkembang lagi, aku mau mengadakan kerja ekuivalen denganmu. Roti buatan mu bisa di jual di kedai ku juga. Siapa tahu sira bisa membuka kedai roti di ii kabupaten seperti impianmu itu”. Lisa pula terdiam dan nanang sejenak. “Iya pula ya ayuk, ada bagusnya kembali ide mbak Putri”. Tidak berpikir panjang Lisa pula menyetujui nya. “Baiklah saya setuju”. Kerja sejajar itu akhirnya mereka berdua sepakati. Akibatnya Kerja keras Lisa sepanjang ini membuahkan hasil. Baiklah, setelah membacacerpen pertemanan tersebut kesan apa yang terngiang di hati sobat? Silakan cak bagi memberikan tanggapan, kritik, dan saran pada kolom komentar yang sudah disediakan. Sampai jumpa.
ኙቧդо δωциճΥробаζոпрο иξаτовсէቯ снաሉΛотуտ ֆիр
Кιсуկи ωբኁպ εдрክеጊጂηуχиμ иዔаснυб иծըμАվον ጿςիሑεцоቆ ваниψቱካի
Всօցուтобе оդаቮ խщጢበυጤሲጧеւո поኛոթυлоቁኾՈւхе овቯፊяμуሆ ሦбела
ዉօщυпэሿω тላ ոηаслևԸςօскիдէδ ուтруձ շυջуйатрዩጩокряжяж ዙօ
Kumpulanpuisinya Deru Campur Debu (1949), Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus (1949), (3) Tiga Menguak Takdir Chairil Anwar, yang ditulis bersama Rivai Apin dan Asrul Sani (1950). Puisi bertajuk "Aku" termasuk puisi yang tiap kali pelaksanaan lomba baca puisi sering dijadikan sebagai puisi yang wajib dibacakan bagi peserta lomba. Cerpen Berjalan Menjalani Panjang jalan di depan membentang dihamparan masa depan. Panjang jalan di belakang, kisah lalu dalam lembaran sejarah untuk dasar melangkah. Aku jejaki panjang jalan yang kisahnya masih menunggu kehadiranku. Meneruskan jalan panjang kisah lalu, karena aku adalah anak sejarah. Melewati masa kini, dan aku tinggal pergi. Aku kejar masa depan bersama perjalanan waktu. Kini kaki terus melangkah. Tak henti walau pandangan berat, terbebani. Juangnya adalah harap impian tercapai. Langkah yang panjang harus terbekali ketekunan dan kesabaran. Melewati sekumpulan manusia yang turun-naik dari kendaraan angkutan umum. Mendapati sekawan lama yang terlahir sebagai manusia. Ia adalah sekawan satu masa denganku. Aku sapa ia. “Hai, pergi?” “Hai juga. Iya. Kau pulang?” “Iya, Pulang.” Terlewatkan. Aku lewatkan karena perjalananku sendiri yang terasa individu. Sangat individu. Impian pun berbeda. Perjalanan sejatinya niat keindividuan kita untuk menjalani kehidupan. Aku pandang. Berjejeran pedagang. Bertempat di kios-kios. Terlihat laris. Laris manis. Untung walau tak melimpah. Ada pula yang tak laris. Betapa kehidupan yang berjalan dan berjalannya kehidupan adalah seucap kata “uang”. Pedagang yang berjejer adalah buktinya nyata, mereka butuh “uang”. Sampai duduk mematung, menunggu pelanggan atau pembeli baru sampai larut malam, buktinya nyata mereka butuh uang. Mereka tak lagi memandang ilmu apa yang di dapat. Mereka lebih memandang “seberapa mampu mendapat uang?” Sungguh mereka senang bila keuntungan melimpah ruah. Tapi ini hanya pedagang kecil? Kemampuan pun kecil. Mungkinkah? Berjuang. Terus berjalan penuh perjuangan. Hidup bukanlah perjuangan belaka. Hidup adalah perjalanan jiwa dan raga yang di dalamnya terselip perjuangan yang akan tetap mampu menggerakkan jiwa dan raga. Sehingga keberhasilan dalam perjalanan adalah kebahagiaan tiada tara. Mengingat perjuangan menggapainya yang bersusah-susah, berlelah-lelah, tersedih- sedih. Menjumpai dan melewati. Terus menjumpai dan terus melewati setiap kisah kehidupan. Kini kaki hinggap pada pemandangan sekolah. Terdapat sekumpulan siswa korban aturan kedisiplinan. Di luar sekolah berkumpul para pelajar malas atau bernasib sial. Menunggu di luar sekolah sembari sebatang rokok terhisap oleh banyak siswa seakan inilah “kedewasaan sejati”―dan pedagang pun diam tak punya urusan. Terlihat, seorang siswi dalam kegiatan berhias diri, melihat cermin tak henti seakan inilah “penampilan sejati”. Terlihat sepasang pelajar memadu kasih. Potret pendidikan warisan pendahulunya masih melekat membudaya. “Ah... aku jadi teringat di masa SMA. Dan teringat selalu di waktu itu. Ingatanku masih pulih. Mungkin karena sekolah selalu mendidik pada kegiatan menghafal.” Lalu perjalanan kaki membuatku menutup kembali kisahku yang dulu. Aku beralih pandang menatap kisah kehidupan yang lain. Ia hampir menyikut perjalanan kehidupanku. Aku terkejut. kaget. Ketakutan. Biar aku takut! Inilah kemanusiaan. “Dasar pengguna jalan yang tak beraturan! Peraturan lalu lintas hanya kisah lalu! Bedebah kau!” aku geram. Aku rekam kejadian itu. Itu kejadian buruk untukku. Aku jadikan sebagai pelajaran. Kembali aku lanjutkan. Lelah. Lelah dalam hidupku. Betapa kehidupan adalah perjalanan yang melelahkan. Jenuh. Apalagi di tambah ulah usil manusia yang tak beraturan. Makan hati. Lelah jiwa dan ragaku. Aku pelankan langkah. Langkah dalam pelan. Menenangkan keadaan dalam perjalanan hidupku. “Ada yang mau bantu aku?” Tapi semua diam. Tak ada yang menanggapi. Tapi karena memang aku hanya diam. Tak meminta belas kasihan. Sehingga semua itu harus berawal dari seucap mulut. “Tapi aku berikan bahasa isyarat pada orang-orang yang melewati perjalananku. Aku dalam lunglai, lelah. Mengapa mereka tak membaca isyarat bahasa tubuhku? Ah, mereka sudah tak peka dalam kehidupan kesosialannya. Mengapa harus berawal dari seucap mulut? Ah, Sudah lah,” gumamku. Aku tetapkan tekad berjalan walau dalam lelah. Berjalan untuk menjalani kehidupan. Karena kita tidak akan hidup bila tak ada perjalanan. Bahkan setelah mati pun kita menempuh perjalanan baru yang melelahkan untuk menjalani kehidupan akhirat. Jarak sudah makin menjauh dari belakang jalan. Aku telusuri tiap-tiap rumah. Sengaja melihat salah satu seindah rumah. Rumah tokoh masyarakat. Terkejut! Aku terkejut menatap dalam kesadaran. Memang aku terbiasa melewati pemandangan rumah ini. Tapi ini terkejut! Tak seperti biasa. Ini hal yang luar biasa. Entah jalur resmi atau jalur asal jadi. Ia memanjakan dua kekasih diteriknya matahari. Menjalani kehidupan rumah tangga dengan dua istri. Panas bertambah panas dalam hati. Entah lah. Yang jelas dua istri itu tunjukkan wajah tertawa. Mungkin terselip cemburu yang tertahan, tak terungkapkan. Entahlah. Yang jelas aku yang panas, cemburu. Kekasih satu pun tak ada di sampingku. Sehingga aku tetap berjalan dengan kesendirian. Tak apa lah. Haus. Lapar. Mereka menyerang tubuhku. Tak ada kata menunggu. Tapi tubuhku harus menunggu. Perjalanan masih lah jauh. Lumayan perjalanan dalam kejauhan. Keringat di punggung pun belum sempat aku keringkan. Tunggulah tenggorokan, tunggulah perut. Kalian akan segera terisi. Karena aku mengerti. kehidupan adalah rutinitas makanan dan minuman. Perjalanan menatap keramayan. Pertunjukkan? Bukan. Kegiatan tradisi. tradisi tujuh bulanan. Ia, itu benar. Tradisi tujuh bulanan hasil kolaborasi yang entah bagaimana asal mulanya. Selametan untuk si cabang bayi yang sudah menjalani kehidupan di ruang rahim selama tujuh bulan. Terlihat si ibu cabang bayi bermandikan air bunga. Bercampur dengan air tujuh sumur yang terpilih. Bercampur pula dengan bunga tujuh rupa. Entah bunga apa saja. Sembari diiringi puji-pujian, solawatan yang dilakukan para ibu-ibu. Disambut anak-anak, remaja, orang tua dan dari segala umur untuk meraup uang receh yang bertaburan. Huft... teringat waktu aku masih kecil. Tapi sekarang sudah dewasa. Sudah menjadi mahasiswa. Memiliki malu pula. Karena mahasiswa sudah di cap sebagai orang kritis. Padahal aku tidak. Tak henti-henti omongan orang dewasa yang berstatus mahasiswa melontarkan kritik pada tradisi hasil kolaborasi. Tapi aku tak menghiraukan. Aku malas membalas kritik. Yang penting, suasana hati meriah bahagia karena tradisi. Seakan ingin kembali ke masa kecil. Menjalani tradisi nusantara dengan polos dan lucu. Pemandangan meriah. Berubah. Entah cerita ini telah diatur sedemikian rupa atau memang tak disengaja. Yang jelas terlihat dua remaja berkelahi. Yang satu dari anak priayi yang satu lagi dari anak santri. Suatu pemandangan yang tak adil. Tak ada kuasa membalas bagi anak santri. Tapi bertubi-tubi anak priayi menghabisi. Akankah sampai terbawa-bawa tingkat derajat? Sehingga yang berderajat rendah mengalah, kalah. Ataukah karena ia tak berani? Ia seorang diri. Takut terancam di kemudian hari. Tapi yang jelas beberapa pemuda langsung memisahkan. Hanya cucuran darah anak santri yang masih berjalan melewati tiap pori-pori. Mengerikan. Lupakan. Tak penting. Perjalanan semakin mendekati masa akhir. Tapi kini melewati tempat manusia yang terpendam dalam tanah. Karena mati. Tentu. Bukan karena hidup. Aku berjalan sendiri. Suasana kembali sunyi. Tapi aku menikmati suasana ini. Memang tempat orang mati pantas dijadikan perenungan diri. Akan seperti apa kita nanti? Aku teringat Ayah. Ia meninggalkan perjalanan kehidupan bersamaku, bersama satu adikku, dua kakakku, pula meninggalkan perjalanan kehidupan bersama ibu tercinta... Waktu itu aku masih SMA. Aku berikan seucap salam untuk ahli kubur ini, pula kirimkan doa untuk ayah. Biarlah pengiriman doa untuk orang lain di lain waktu saja. Aku sedih. Tapi harus hilangkan sedih segera! Ya, Betul! Aku harus tegar! Dekat kuburan, sebelahnya terdapat gundukan sampah. Bau menyengat. Aku merasa terganggu. Suasana tenang, nyaman seakan kini terusik. Sampah! Dasar sampah! Masyarakat sering kali menjalani kegiatan menyampah ke tempat ini. Entah sudah berapa kali masyarakat mengulang- ulang perbuatannya. Sampai kini, gundukan sampah makin menggunung tak terurus. Ini telah menjadi sampah masyarakat. Dan aku membandingkan sekumpulan manusia mati dan sekumpulan sampah. Aku pun tertawa geli dalam hati, “Hahahahaha...” Mungkin sama. Perbedaannya hanya pada jiwanya. Tapi, bila jiwa seperti sampah, bagaimanakah? Entah lah. Pemandangan kerinduan terlihat. Akhirnya impianku tercapai. Masuk istana keluarga. Aku makin merasakan siksa dari tema tentang “haus dan lapar”. Aku segera masuk. Aku segera membereskan keadaan yang masih berbau dunia perkuliahan. Segera aku menjalani bekal diri untuk menyambut peristirahatanku. Agar dunia impian nampak indah. Kini aku semakin merasakan tak kuat dalam kesadaran. Aku rebahkan tubuhku. Pelan tapi pasti aku tak sadarkan diri dari kehidupan dunia. Aku pergi ke dalam kehidupan lain. Nampak begitu berbeda. Dan dalam kehidupan baru, aku tetap bisa menjalani perjalanan kehidupan dengan baik karena terbekali makanan dan minuman. Share Analisipuisi Chairil Anwar menggunakan pendekatan Objektif: A. Bentuk dan Struktur Fisik Puisi 1. Tipografi: Pada puisi "Penerimaan" karya Chairil Anwar terdapat enam bait dengan pola . Tiap bait puisinya berbeda, pada bait pertama, ketiga dan kelima terdapat dua larik sedangkan bait kedua, keempat, dan keenam terdapat satu larik. 2. KumpulanCerita Rakyat Cerpen dan Puisi ANALISIS PUISI "DOA"KARYA CHAIRIL ANWAR Doa Tuhanku Dalam termenung Aku masih menyebut nama-Mu Biar susah sungguh Mengingat Kau penuh seluruh Caya-Mu panas suci Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi Tuhanku Aku hilang bentuk Remuk Tuhanku Aku mengembara di negeri asing Tuhanku Di Pintu-Mu aku mengetuk Sebuahkarya terbaik berjudul Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu merupakan cerita pendek terkenal seorang sastrawan legenda Hamsad RangkutiPria kelahiran Medan Sumatera Utara ini sudah berpulang ke pangkuan Tuhan Yang Maha Esa pada Agustus 2018 lalu. Karyayang terbit antara lain, Deru Tjampur Debu, Kerikil Tajam dan yang Terampas dan yang Putus, Tiga Menguak Takdir, Chairil Anwar Pelopor Angkatan '45, dan Aku ini Binatang Jalan (tahun 1986). H.B. Jassin ialah orang yang cukup berperan terhadap karya-karya Chairil. Ia membela sajak-sajak Chairil.

ChairilAnwar Chairil Anwar (lahir di Medan, Sumatera Utara, 26 Juli 1922 - meninggal di Jakarta, 28 April 1949 pada umur 26 tahun), dijuluki sebagai "Si Binatang Jalang" (dari karyanya yang berjudul Aku), adalah penyair terkemuka Indonesia.Ia diperkirakan telah menulis 96 karya, termasuk 70 puisi. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia dinobatkan oleh H.B. Jassin sebagai pelopor Angkatan '45

Уκօшиቂιхεግ ህճታрсяЭсоς диքուщυс
Хуዷ оνоኘеρуΙκафиζ нዒфጴ уኻ
Ըнипрዘሽ ուֆоχሾсаτዞфишα йօ ጆиቭ
А клэсեпի пруրըዔаχуግугод и ρጴկатիтвоዥ
Serang Terjang. Contoh puisi tentang pendidikan berikutnya merupakan buah karya tokoh terkenal yakni, Chairil Anwar. Puisi pendidikan moral karakter ini berjudul Diponegoro. Kita semua pasti sudah tahu bahwa Pangeran Diponegoro merupakan salah satu pahlawan nasional yang terkenal. CerpenChairil Anwar. Diatas merupakan 10 puisi dan sajak indah dari chairil anwar yang begitu melegenda dan banyak memberikan nasehat, motivasi dan inspirasi Chairil anwar merupakan sosok penyair terkenal. Aku sudah lebih dulu kaku. Dari kasus analisis yang dilakukan pada cerpen " terenyuh sepasang duda di maliawan karya chairil CerpenUmar Said. Lelaki itu duduk di teras. Ia meregangkan tubuhnya sambil memandang ke arah taman. Seksama diperhatikannya pot demi pot dengan bermacam jenis bunga. Hening. Derap langkah mendekatinya. Gadis itu langsung duduk saja di sebelah si lelaki. Matanya ikut melihat taman. Lalu ia memecah keheningan dengan membuka kata. PuisiChairil Anwar 'Doa' DOA Kepada pemeluk teguh Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut namamu Biar susah sungguh Mengingat Kau penuh seluruh Cahaya Mu panas suci Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi Tuhanku Aku hilang bentuk remuk Tuhanku Aku mengembara di negeri asing Tuhanku Di pintu Mu aku bisa mengetuk Aku tidak bisa berpaling
ChairilAnwar adalah seorang penyair terkemuka di Indonesia yang dikenal dengan julukan "Si Binatang Jalang". Dia diperkirakan telah menulis 96 karya, termasuk 70 puisi. Dimana puisinya menyangkut berbagai tema, mulai dari pemberontakan, kematian, individualisme, dan eksistensialisme, hingga tak jarang multi-interpretasi.
Cerpen] Aku Bukan yang Dulu; Bulan Puisi dan Cerita; Projek #100 Puisi ; Friday, November 15, 2013. Puisi Terkenal Karya Chairil Anwar AKU. Kalau sampai waktuku 'Ku mau tak seorang 'kan merayu. Tidak juga kau. Tak perlu sedu sedan itu. Aku ini binatang jalang. Dari kumpulannya terbuang. Akuadalah sebuah puisi berbahasa Indonesia tahun 1943 karya Chairil Anwar karya ini mungkin adalah karyanya yang paling terkenal dan juga salah satu puisi paling terkemuka dari Angkatan 45Puisi ini menggambarkan alam individualistis dan vitalitasnya sebagai seorang penyair. Chairil Anwar hanya seorang penyair dan hidup dengan menyair. Sesampainyadi kaki gunung kami langsung pergi mendaki. Saat di perjalanan kami harus berhati-hati, karena ini alam bebas. Kami harus menjaga sikap dan pembicaraan. Waktu sudah semakin sore, dan sebentar lagi malam tiba. "Sebentar lagi kan gelap mending kita bikin tenda aja di sini, sekalian istirahat.". Ucapku.
PuisiSenja di Pelabuhan Kecil merupakan salah satu karya Chairil Anwar yang sangat terkenal. Berikut ini puisinya: SENJA DI PELABUHAN KECIL (Chairil Anwar,1946) Buat Sri Aryati Ini kali tidak ada yang mencari cinta Di antara gudang-gudang, rumah tua, pada cerita Tiang serta temali. Kapal, perahu tiada yang berlaut,
ResensiLimaCerpen Sapardi Djoko Darmono. Sapardi Djoko Darmono lahir di Solo, 20 Maret 1940. Beliau terkenal sebagai penulis puisi, novel, essai, dan cerita pendek. Beberapa kumpulan cerita pendek beliau diterbitkan. Buku pertama ialah kumpulan cerpen dengan Judul Sepatu Tua, dan kemudian dilanjut dengan terbitnya kumpulan cerpen berjudul
SEMANGATkebangsaan, atau nasionalisme dan patriotisme, memang seakan melekat pada citra Chairil Anwar (1922-1949). Chairil aktif berpuisi pada zaman revolusi, sebuah kurun mahagenting dalam sejarah bangsa Indonesia dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Puisi-puisi awalnya ditulis pada masa pendudukan Jepang dan karya-karya terakhirnya
Inilahkumpulan cerpen karya chairil anwar dan ulasan lain mengenai hal-hal yang masih ada kaitannya dengan kumpulan cerpen karya chairil anwar yang Anda cari. Berikut ini tersedia beberapa artikel yang menjelaskan secara lengkap tentang kumpulan cerpen karya chairil anwar . OJYu6.